b:include data='blog' name='all-head-content'/>

flash efect

smile cat

Date and Time

tempat ibadah

tempat ibadah
masjid agung demak

CUACA



bloguez.com

Pengunjung

friend

friend

Pengikut

shoutmix

efek getar

TATA CARA SALAM DALAM ISLAM

Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh
Segala puji hanya milik Allah, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah SAW.
Salam dalam islam bukan hanya sekedar kata sapaan sebagaimana umumnya kata sapaan lainnya. Namun di dalamnya terkandung doa bagi yang melakukannya.Doa yang diberkahi dan diridhoi di sisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman : "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu." (An-Nisa : 86)
"Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu, sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS. An-Nur : 27)
"Maka apabila kamu memasuki rumah-rumah maka hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan oleh Allah, yang diberkati lagi baik." (QS. An-Nur : 61)

Rasulullah SAW bersabda : "Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah aku tunjukan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan kalian kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian." (HR. Muslim)

Di dalam islam, ada beberapa adab dan tata cara dalam mengucap salam itu sendiri. Berikut ini akan disajikan beberapa adab salam tersebut yang bersumber dari Al-qu'ran dan hadits :

Mengucap salam itu sunah dan menjawabnya adalah wajib
Ucapan Salam adalah Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh atau Assalamu'alaikum warahmatull atau Assalamu'alaikum
Hukumnya makruh jika memulai salam dengan 'Alaikassalam
Dianjurkan mengulangi salam sebanyak tiga kali manakala orang yang hadir sangat banyak, atau ada keraguan terhadap pendengaran orang yang diucapi salam.
Sunah hukumnya mengucapkan dan menjawab salam dengan suara jahr
Sunah mengucapakan salam kepada semua orang (Muslim) kenal atau tidak kenal
Dianjurkan agar orang yang datang memulai mengucap salam
Disunahkan yang mengucap salam adalah orang yang berkendara kepada orang yang berjalan kaki. Orang yang berjalan kaki kepada orang yang duduk. Dan yang lebih muda kepada yang lebih tua.
Mengucapkan salam kepada wanita asing. Hal ini khusus kepada wanita tua (bukan) dan tidak termasuk yang lainnya, karena ditakutkan akan menimbulkan fitnah. (Ibnul Qoyyim dalam Zaadul Ma'ad, 2/411-412).
Dianjurkan mengucap salam kepada anak-anak
Mengucapkan salam pada orang yang terjaga, sementara orang yang lain tidur. Hal ini dilakukan dengan suara yang hanya dapat didengar oleh oleh yang terjaga agar orang yang tertidur tidak terganggu.
Dilarang mengucap salam pada ahli kitab (non-muslim)
Menjawab salam Ahli Kitab dengan ucapan Wa'alaikum
Boleh mengucapkan salam kepada forum yang heterogen (muslim dan non-muslim) dengan niat salam tersebut ditujukan untuk Saudara yang Muslim.
Boleh menyampaikan salam dengan isyarat jika ada udzur.
Boleh mengucapkan salam kepada orang yang sedang sholat,dan dijawab dengan isyarat.
Boleh mengucapkan salam kepada orang yang sedang membaca Al-qur'an dan wajib dijawab
Makruh mengucapkan salam kepada orang yang sedang buang hajat
Dianjurkan mengucapkan salam ketika memasuki rumah
Menjawab salam yang disampaikan melalui orang lain dengan ucapan 'Wa'alaihissalam warahmatullah wabarakatuh
Mendahulukan shalat tahyatul masjid daripada mengucap salam kepada orang-orang yang ada di dalam masjid
Makruh mengucapkan salam pada saat khotbah jum'at
Anjuran memberi salam sebelum berbicara
Memberi salam kepada ahli maksiat dan ahli bid'ah. Kepada ahli maksiat hukumnya boleh dan menjawabnya wajib.Namun demikian kepada orang yang sangat terkenal dengan kefasikan dan kemaksiatannya perlu ditinjau dulu manakah yang lebih besar dampak negatif yang di manakala kita menjawab salam itu atau ketika kita tidak mengucap dan menjawab salam dari ahli maksiat. Hal itu semata-semata untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Sedangkan kepada ahli bid'ah, perlu dilihat apakah bid'ahnya membawa kepada kekafiran atau tidak. Bid'ah yang membawa kepada kekafiran pelakunya tidak layak mendapat salam dan bid'ah yang tidak membawa kepada kekafiran hendaknya pelakunya diberlakukan sama seperti ahli maksiat.
Sunah mengucapkan salam sebelum meninggalkan forum (majlis).

Demikianlah saudaraku, adab dan tata cara mengucapkan salam dalam islam. Sekarang sudah saatnya kita membiasakan diri dengan kebiasaan yang benar lagi diridhoi oleh Allah SWT. Mari kita berlomba-lomba menebar salam sesuai aturan syar'i yang berlaku. Allahu Akbar!!!
Sumber : Kitabul Aadab bab As-salam


Makna salam "Ass" menurut Islam
Ucapkanlah salam dengan benar
Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan “salam” yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi “cacian” dan kata “jorok”. Lho bagaimana bisa?

Ucapan ”Assalamu’alaikum”, السلام عليكم, merupakan anjuran agama,dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam diantara kalian.” [HR Muslim dari Abi Hurairah]

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan.Singkatannya pun macam-macam.Ada yang singkat seperti “Asw”atau “Aslm“. Ada yang sedikit lebih panjang seperti“Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb. Namun yang seringsaya dapatkan, adalah singkatan “Ass“. Singkatan terakhir inipaling umum dan paling sering digunakan. Bagi saya, ini adalah singkatanyang tidak enak untuk dibaca, terlebih kalau mengerti artinya. Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris.
itu adalah sebagai berikut;

“Ass” berarti: Pertama, kb.(animal) yang artinya keledai. Kedua, orang yang bodoh. Don’t be a silly (Janganlah sebodoh itu).
Dan ketiga, Vlug(pantat).

Padahal seperti kita ketahui ucapan Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan do’a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain. Maka, apabila kita mengucap salam dengan hanya menuliskan “Ass“, secara tidak sadar mungkin kita malah mendoakan hal yang buruk terhadap saudara kita.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa mempercepat pekerjaan. Karena itu, penulis menyarankan, jika memang keadaan sedang tidak memungkinkan untuk menulis salam lewat SMS dengan kalimat lengkap karena sedang menyetir di jalan, misalnya, solusinya cukup mudah adalah menulis pesan to the point saja. Tulislah “met pagi, met siang, met malam dan seterusnya. Ini masih lebih baik dibandingkan kita harus memaksakan diri menggunakan singkatan dari doa keselamatan Assalamu’alaikum menjadi “Ass” (pantat). Jangan sampai awalnya kita ingin menyampaikan doa keselamatan yang terjadi justeru sebaliknya, mendoakan keburukan.Kalau boleh saya mengistilahkah, niat baik ingin berdoa, jadinya malah ucapan kotor. Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan. Hasa saja, kalau kita mengganti ucapan kalimat salam arti awalnya sangat mulia, maka, yang terjadi adalah sebaliknya, salah dan bisa-bisa menjadi umpatan kotor. Karena itu, jika tidak berhati-hati, mengganggati ucapan Assalamu’alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya menjadi “Ass”(pantat), ini mirip dengan mengganti doa yang baik dengan mengganti dengan bahasa jalanan orang Jakarta, yang artinya kira-kira, berubah arti menjadi (maaf) “Pantat Lu!”

Singkatan ala Rasulullah

Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum السلام عليكم dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk merekatkanukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah.Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Itulah agama kita. SebelumIslam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain,seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu tetaphidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa. IbnuAl-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan, bahwa salamadalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti “Semoga Allah menjadiPelindungmu”. Dari AbuHurairah ra., ia berkata bahwa Rasul bersabda, “Kamu tidak akan masuk surgahingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karenaAllah). Apakah kamu maujika aku tunjukkan pada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antarakamu!” (HR. Muslim)

AbuUmammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.”(Musnad Ahmad, AbuDawud, dan At Tirmidzi)

Abdullahbin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam.Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani) Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman didalamAl-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86. Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik. Bedanya agama kita dengan agama lain, setiap Muslim ketika mengucapkan salam kepada saudaranya, dia akan diganjar dengan kebaikan (pahala). Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah SAW, seorang sahabat datangdan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujarbeliau.Tak lamakemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikumWarahmatullah.” Kata Rasulullah SAW, “Orang ini mendapat 20 pahalakebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan,“Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa baraokatuh.” Rasulullah pun bersabda,“Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari AbiHurairah]. Nah daritiga singkatan itu silahkan Anda pilih yang mana yang Anda inginkan tanpa harus menyingkatnya sendiri yang justru bisa menghilangkan nilai pahalanya. Tentu saja, jangan Anda lupakan, tiga singkatan itu sudah rumus dari Nabi yang dipilihkan untuk kita. Satu hal lagi yang perlu diingat adalah ketika kita menuliskan kata Assalamu’alaikum, perlu diperhatikan agar jangan sampai huruf L nya tertinggal sehingga menjadi Assaamu’alaikum.

Karena apa ? Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan ucapan “Assaamu‘alaika ya Muhammad” (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).

Dan kataassaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari “Assalaamu‘alaikum“. Maka nabi berkata, “Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu ‘alaikum, maka jawablah dengan wa ‘alaikum (Dan semoga atas kalianpula).” [HR. Bukhari]

Tulisan ini, mungkin nampak sederhana. Meski sederhana, dampaknya cukup besar. Boleh jadi, kita belum pernah membayangkannya selama ini.Nah, setelah ini, sebaiknya alangkah lebih baik jika memulai kembali menyempurnakan salam kepada saudara kita. Tapi andai kata memang kondisi tak memungkinkan, sebaiknya, pilihlah singkatan yang sudah dipilihkan Nabi kita Muhammad SAW tadi. Mungkin Anda agakcapek sedikit tidak apa-apa, sementara sedikit capek, 30 pahala kebaikan telah kita kantongi.

Kutipan mkutipan ini bersumber sebagian besar dari Internet dan kebenaran tentunya hanya milik Allah saja.

Hukum Pacaran Dalam Islam

Posted by admin on April 24th, 2009
Berhubung dalam comment di beberapa artikel dan di shoutbox ada sahabat yg menanyakan tentang pacaran dalam islam maka berikut saya carikan artikel kemudian saya posting kembali di sini dengan menyertakan sumber artikelnya. Semoga bermanfaat
1. Hukum pacaran itu bagaimana sih? .
2. Saya ingin tanya tentang pergaulan antara pria dan wanita menurut syariat islam! dan bagaimana hukumnya apabila tidak berpacaran namun bergaul dengan pria lain dan pria itu timbul perasaan terhadap kita walaupun kita tidak ingin dikatakan berpacaran dengan pria itu walaupun wanitanya lama-lama juga timbul perasaan tertarik pada pria tersebut? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya!
3. Saya muslimah ingin menyakan tentang hukum pacaran saya pernah dengar katanya pacaran itu haram lalu bagi cowok untuk mengetahui sifat/karakter pujaannya bisa mengirim saudaranya untuk mengetahui nya(mohon koreksinya), lalu bagaimana dengan cewek? apakah juga perlu mengirimkan saudaranya untuk mengetahui sifat cowok
pujaanya?
Jawaban:
Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat di atas.
Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.
Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram dalam Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.
Firman Allah SWT yang artinya, ?Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.? (Al-Isra: 32).
?Katakanlah kepada orang-orang mukmin laki-laki: ?Hendaklah mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ?.? Dan katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan: ?Hendaknya mereka itu menundukkan sebahagian pandangannya dan menjaga kemaluannya ??.?
(An-Nur: 30?31).
Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.
Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, ?Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, ?Palingkanlah pandanganmu itu!? (HR Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, ?Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin.? (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn Abbas dan Abu Hurairah).
?Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.? (HR Bukhari).
Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, ?Hai Ali, Jangan sampai pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan pertama, adapun berikutnya tidak boleh.? (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Al-Hakim meriwayatkan, ?Hati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya.?
Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.
Ath-Thabarani dan Al-Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, ?Allah berfirman yang artinya, ?Penglihatan (melihat wanita) itu sebagai panah iblis yang sangat beracun, maka siapa mengelakkan (meninggalkannya) karena takut pada-Ku, maka Aku menggantikannya dengan iman yang dapat dirasakan manisnya dalam hatinya.?
Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, ?Awaslah kamu dari bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal baginya.?
Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-Wa?ifdz bahwa dia berkata, ?Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa?idz wafat di kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam itu pun bertanya kepadanya, ?Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam berada di wajah Anda?? Dia menjawab, ?Pernah pada suatu ketika aku melewati kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, ?Wahai Habib?? Aku menjawab, ?Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.? Allah berfirman, ?Lewatlah Kamu di atas neraka.? Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali sehingga aku berkata, ?Aduh (karena sakitnya).? Maka. Dia memanggilku, ?Satu kali tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti Aku akan menambah tiupan (api neraka).?
Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.
?Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya, menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, ?Apa ini?? Kedua orang itu berkata, ?Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan zina.? (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, ?Barang siapa yang memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal) baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang) haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan, barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.?
?Atha? al-Khurasaniy berkata, ?Sesungguhnya neraka Jahanam memiliki tujuh buah pintu. Yang paling menakutkan, paling panas, dan paling bisuk baunya adalah pintu yang diperuntukkan bagi para pezina yang melakukan perbuatan tersebut setelah mengetahui hukumnya.?
Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, ?Apakah kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya?nuhu?? Mereka berkata, ?Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi Allah.? Ali r.a. berkata, ?Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.? Kemudian, Ali r.a. berkata lagi, ?Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia, ?Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?? Mereka menjawab, ?Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.? Lantas suara itu kembali terdengar, ?Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa tersebut.?
Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan pacaran adalah para remaja.
Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.
?Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.? (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).
Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda sebutkan dalam pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus ditemani kakak laki-laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab agar memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.
Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah menolong kita, amin.
Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak. Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya, sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.
?Apabila seseorang hendak meminang seorang wanita kemudian ia dapat melihat sebagian yang dikiranya dapat menarik untuk menikahinya, maka kerjakanlah.? (HR Abu Daud).
Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan sebagai persiapan seorang muslim apabila hendak melangsungkan pernikahan.
1. Memilih calon pasangan yang tepat.
2. Diproses melalui musyawarah dengan orang tua.
3. Melakukan salat istikharah.
4. Mempersiapkan nafkah lahir dan batin.
5. Mempelajari petunjuk agama tentang pernikahan.
6. Membaca sirah nabawiyah, khususnya yang menyangkut rumah tangga Rasulullah saw.
7. Menyelesaikan persyaratan administratif sesui dengan peraturan daerah tempat tinggal.
8. Melakukan khitbah/pinangan.
9. Memperbanyak taqarrub kepada Allah supaya memperoleh kelancaran.
10. Mempersiapkan walimah.


Pandangan Islam terhadap Harta, Kaya dan Kesederhanaan
Posted by admin on December 6th, 2011
Saya membaca satu tulisan dari seorang ustad yang cukup terkenal tentang “Pandangan Islam terhadap Harta.” Isinya cukup bagus, di antaranya mengajarkan pembaca untuk jadi kaya sehingga bisa menggunakannya untuk kebaikan.
Meski demikian ada beberapa hal yang sepertinya kurang pas dan mengganjal di hati saya. Misalnya karena ingin kaya akhirnya begitu melihat rumah dan mobil bagus lalu mengelus-elus rumah dan mobil bagus milik orang lain yang diinginkannya (syukur-syukur kalau pagar rumah itu tidak dialiri listrik atau dipanggil satpam oleh yang punya) atau gaya hidup mewah seperti punya pesawat jet pribadi, naik pesawat first class, mobil mewah, dan makan makanan enak. Begitu pula dengan beberapa bacaan penulis Barat seperti Robert Kiyosaki yang meski sempat saya baca cukup bagus, namun tidak semuanya bisa jadi pegangan karena akhirnya mengarah pada spekulasi saham dan MLM (Buku-buku seperti itu memang jadi pegangan aktivis MLM).
Beberapa panutan yang ditonjolkan juga merupakan orang-orang kaya yang bermasalah di mana ada yang merupakan penghutang BLBI trilyunan rupiah dan juga keluarganya melakukan penundaan pembayaran hutang ganti rugi rumah dan tanah kepada warga Porong yang mereka rugikan, serta menjual media TV yang mereka miliki kepada konglomerat media Yahudi, Rupert Murdoch. Padahal ini tidak sesuai ajaran Islam:
Orang kaya yang menunda-nunda (mengulur-ulurkan waktu) pembayaran hutangnya adalah kezaliman. (HR. Bukhari)

Seorang ulama harusnya mewarnai ummatnya dengan sibghatullah. Bukan justru diwarnai ummatnya terutama dengan hal-hal yang kurang sesuai dengan ajaran Islam.

Sebagai orang Islam, pedoman kita adalah Kitabullah Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Insya Allah, Al Qur’an itu Haq dan Nabi itu maksum terjaga dari dosa dan kesalahan. Ada pun manusia biasa termasuk ulama tidak lepas dari salah dan lupa.

Dari berbagai ayat Al Qur’an dan Hadits yang saya baca, saya mengambil kesimpulan bahwa Islam itu menganjurkan ummatnya untuk memberi. Bukan untuk menjadi kaya. Contohnya kita disuruh membayar zakat dan juga bersedekah.

Mungkin ada yang bertanya, ”Apa bedanya ”Memberi” dengan ”Menjadi Kaya”? Bukankah untuk memberi kita harus kaya?”

Meski sekilas ”Memberi” sama dengan ”Menjadi Kaya”, tapi tidak serupa. Betapa banyak orang yang kaya tapi tidak mau bayar zakat atau bersedekah? Sebaliknya berapa banyak orang miskin atau yang hidupnya biasa saja tapi justru rajin berzakat dan sedekah? Banyak orang yang kaya tapi tidak berhaji. Sebaliknya banyak orang yang pas-pasan seperti TKI dan TKW malah bisa naik haji.

Mungkin ada yang bertanya, ”Apa iya orang miskin atau pas-pasan bisa sedekah/bayar zakat?” Jawabnya bisa:

Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya: Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Sedekah orang yang tak punya, dan mulailah memberi sedekah atas orang yang banyak tanggungannya. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim.

Bukan cuma dari hadits, ini pengalaman saya sendiri. Sebagai Ketua sebuah organisasi, beberapa orang menyumbang melalui saya. Ternyata penyumbang terbesar itu bukanlah orang yang kaya menurut pandangan ustad tersebut. Luas rumahnya paling tidak lebih dari 30 m2, mobil dan motor dia tidak punya. Namun dia menyumbang laptop dan palmtop (paling tidak nilainya Rp 3 juta) untuk ummat sambil memberi uang cash Rp 200 ribu. Dia jamu saya dengan makanan dan teh botol. Anggota-anggota lain yang punya mobil dan rumah bagus belum tentu bisa begitu. Ustad yang menerima laptop tersebut rumahnya dan sofanya jauh lebih bagus daripada rumah teman saya yang menyumbang. Teman saya bahkan tak punya sofa/kursi dan meja di ruang tamunya.

Sebalik ketika saya bersama teman-teman berkunjung ke rumah orang kaya di bilangan Jakarta Selatan, masya Allah. Meski lewat waktu makan malam cuma dihidangi minum saja sehingga perut kelaparan. Sampai di rumah sekitar jam 23:30 malam saya makan malam sambil gemetaran…Padahal orang kaya ini (Direktur Utama berbagai perusahaan besar di Indonesia) rumahnya sangat besar, mobilnya mewah dan banyak.

Kalau disuruh memilih harus bertamu ke siapa, saya tidak akan ragu untuk memilih bertamu ke rumah teman saya yang biasa saja tapi gemar memberi ketimbang ke rumah orang kaya namun ”hematnya” minta ampun…

Dalam Islam, yang diperintahkan adalah membelanjakan harta untuk kebaikan. Bukan menjadi kaya. Misalnya dalam rukun Islam tidak ada perintah jadi orang kaya. Yang ada adalah membayar zakat dan pergi berhaji JIKA mampu.

Saat ini saya melihat sebagian orang menganggap bahwa Islam mengharuskan ummat Islam harus kaya dengan alasan Nabi dulu kaya dan banyak perintah Islam seperti Zakat, Haji, Sedekah mensyaratkan adanya kekayaan.

Meski sekilas kelihatan benar, namun kiranya hal itu kurang tepat. Apalagi jika akhirnya untuk menjadi kaya semua cara dihalalkan dan membelanjakannya pun dengan bermewah-mewah serta memandang hina orang miskin.

”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’” [Al Baqarah:43]

”Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” [Al Baqarah:83]

”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” [Al Baqarah:110]

Ayat-ayat Al Qur’an di atas cukup jelas bahwa Islam memerintahkan ummatnya untuk membayar zakat dan bersedekah kepada kerabat dan fakir miskin. Bukan menjadi kaya karena berapa banyak orang yang kaya tapi tidak bayar zakat dan bersedekah.

Hadits Nabi ”Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah” adalah himbauan untuk memberi. Artinya orang yang memberi lebih mulia daripada orang yang meminta. Bukan orang kaya lebih mulia dari pada orang miskin. Berapa banyak orang yang kaya tapi dari hasil minta-minta suap atau komisi dan enggan bersedekah.

Menjadi kaya bukanlah tujuan dalam Islam. Berapa banyak orang yang kaya, tapi dilaknat Allah dalam Al Qur’an. Contohnya Karun. Kekayaannya sangat besar, namun karena sombong dan enggan menolong, dia mati dibenamkan ke dalam bumi oleh Allah SWT.

Saking kayanya Karun, kunci-kunci gudang hartanya saja sangat berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat macam Ade Rai…:

”Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri” [Al Qashash:76]

Bukan hanya Karun orang kaya yang disiksa Allah. Sebelumnya banyak orang-orang yang lebih kaya juga dibinasakan oleh Allah SWT:

Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” QS 28.78

Mengharap kaya seperti Karun bukanlah ajaran Islam:

”Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar”.[Al Qashash:79-80]

Allah membenamkan Karun beserta hartanya ke dalam bumi dan orang yang ingin kaya seperti Karun menyesal:

”Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu. berkata:
“Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)”. [Al Qashash:81-82]

Ayat di atas jelas bahwa menjadi kaya bukanlah tujuan dalam Islam. Untuk memperjelas saya tampilkan lagi ayat yang lain:

”Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takatsuur:1]

Harta/kekayaan tidak ada manfaatnya jika dari yang haram atau tidak digunakan di jalan Allah:

”Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.” [Al Lahab:2]

Dalam hal mencari kekayaan, orang sering lupa sehingga yang haram menjadi halal. Indonesia adalah merupakan satu negara terkorup di dunia padahal mayoritasnya ummat Islam. Karena ingin kaya, banyak ummat Islam memilih jalan pintas dengan korupsi, mendapat komisi, dan sebagainya.

Banyak pejabat yang tidak mau kerja kecuali jika diberi uang padahal sebetulnya itu memang pekerjaan yang harus dia kerjakan. Sebagai contoh baru-baru ini ada berita Gubernur BI memberikan uang milyaran rupiah kepada DPR agar DPR membuat UU tentang BLBI. Untuk apa DPR diberi uang padahal membuat UU memang tugas mereka? Anggota DPR yang sebagian berasal dari Parpol Islam kan sudah digaji besar untuk membuat UU, mengapa harus diberi uang lagi? Inilah akibatnya jika kekayaan jadi tujuan utama seorang Muslim.

Rasulullah SAW berkata: ”Demi Allah, bukan kefakiran yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah jika kekayaan dunia dilimpahkan kepada kalian sebagaimana telah dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba dan akhirnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana ia telah membinasakan mereka.” (Shahih Muslim No.5261)

Dalam surat Al Maa’uun disebut bahwa orang yang enggan menolong anak yatim dan fakir miskin dengan barang berguna sebagai pendusta agama meski dia sholat:

”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat,
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya,
orang-orang yang berbuat ria.
dan enggan (menolong dengan) barang berguna.” [Al Maa’uun:1-7]

Allah tidak memandang apakah orang itu kaya atau banyak harta:

”Dan orang-orang yang di atas A’raaf memanggil beberapa orang (pemuka-pemuka orang kafir) yang mereka mengenalnya dengan tanda-tandanya dengan mengatakan: “Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang selalu kamu sombongkan itu, tidaklah memberi manfaat kepadamu.” [Al A’raaf:48]

Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan:

”Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” [Al An’aam:141]

Orang yang hidup mewah secara berlebih sulit untuk bersedekah. Sebagai contoh, orang yang hartanya Rp 10 milyar, jika dia hemat dia hanya memakai Rp 1 milyar untuk kebutuhan hidupnya dan Rp 9 milyar dibelanjakan di jalan Allah. Tapi orang yang hidup boros, misalnya ada orang yang barang-barang melekat di badannya (pakaian, sepatu, jam tangan) saja sudah Rp 2 milyar, bisa menghabiskan Rp 10 milyar untuk bermewah-mewahan sehingga tidak ada lagi uang tersisa untuk zakat dan sedekah. Bahkan bisa jadi pengeluarannya berlebih hingga terbelenggu hutang.

Mengenai pandangan hidup mewah untuk ”meningkatkan kualitas hidup”, adakah itu sesuai Al Qur’an dan Sunnah Nabi? Allah melarang kita menghambur-hamburkan harta secara boros. Sebaliknya memerintahkan kita untuk bersedekah:

”Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]

Nabi Muhammad sendiri selaku Nabi dan pimpinan negara di mana kerajaan Romawi dan Persia sudah hampir jatuh di tangannya meski kaya menolak hidup mewah. Pada zaman Sahabat kedua kerajaan besar itu takluk di tangan Islam. Tidak seperti Raja Romawi dan Persia yang hidup mewah bergelimang harta, beliau hidup sederhana. Nabi tidur hanya beralaskan pelepah kurma sementara perabot rumahnya sedikit sekali sehingga membuat Umar ra menangis terharu:

Kisah Umar ra: Aku (Umar) lalu segera masuk menemui Rasulullah saw. yang sedang berbaring di atas sebuah tikar. Aku duduk di dekatnya lalu beliau menurunkan kain sarungnya dan tidak ada sesuatu lain yang menutupi beliau selain kain itu. Terlihatlah tikar telah meninggalkan bekas di tubuh beliau. Kemudian aku melayangkan pandangan ke sekitar kamar beliau. Tiba-tiba aku melihat segenggam gandum kira-kira seberat satu sha‘ dan daun penyamak kulit di salah satu sudut kamar serta sehelai kulit binatang yang belum sempurna disamak. Seketika kedua mataku meneteskan air mata tanpa dapat kutahan. Rasulullah bertanya: Apakah yang membuatmu menangis, wahai putra Khathab? Aku menjawab: Wahai Rasulullah, bagaimana aku tidak menangis, tikar itu telah membekas di pinggangmu dan tempat ini aku tidak melihat yang lain dari apa yang telah aku lihat. Sementara kaisar (raja Romawi) dan kisra (raja Persia) bergelimang buah-buahan dan sungai-sungai sedangkan engkau adalah utusan Allah dan hamba pilihan-Nya hanya berada dalam sebuah kamar pengasingan seperti ini. Rasulullah saw. lalu bersabda: Wahai putra Khathab, apakah kamu tidak rela, jika akhirat menjadi bagian kita dan dunia menjadi bagian mereka? [Muslim]

Keluarga Nabi tidak pernah 3 hari berturut-turut makan dengan kenyang. Selalu ada saat kelaparan setiap 3 hari.

‘Aisyah melaporkan: Tidak pernah keluarga Muhammad (SAW) makan sampai kenyang dengan roti gandum untuk tiga malam berturut-turut sejak kedatangan mereka di Medina hingga wafatnya” [Muslim]

Inilah sunnah Nabi kita. Kaya, tapi memilih menyumbangkan kekayaannya untuk kejayaan Islam. Bukan menumpuk-numpuk kekayaannya untuk bermegah-megahan seperti dalam surat At Takatsuur.

Para sahabat seperti Usman bin Affan menyumbang sepertiga hartanya untuk jihad di jalan Allah. Umar bin Khothob menyumbang separuh hartanya. Dan Abu Bakar menyumbang seluruh hartanya. Mereka menggunakan hartanya untuk memperkuat Islam sehingga persenjataan ummat Islam kuat dan lengkap dan bisa membiayai tentara yang tidak mampu secara finansial. Bukan untuk kepentingan pribadi secara berlebihan. Nah, semangat memberi, semangat berinfak inilah yang harus kita tiru.

Sempat para sahabat dalam 7 peperangan sampai makan belalang karena lapar. Pernah juga mereka makan seekor kambing yang dimakan beramai-ramai. Meski hidup prihatin, namun Nabi dan para sahabat dalam berjihad justru luar biasa hebatnya sehingga dua super power dunia waktu itu, Romawi dan Persia tidak dapat menaklukkan pasukan Islam. Justru merekalah yang tunduk. Harta yang ada digunakan bukan untuk kepentingan pribadi atau hidup mewah, tapi digunakan untuk melengkapi kendaraan, senjata, dan juga logistik untuk jihad.

Coba bayangkan pasukan mana yang akan menang? Jenderal yang memilih dana yang ada untuk membeli mobil mercy dan jaguar sementara panser amfibinya dibiarkan tua (buatan tahun 1962) dan bisa tenggelam dilaut dengan sendirinya atau jenderal yang memilih mobil yang sederhana dan membeli mobil tank yang canggih untuk anak buahnya?

Mana yang lebih baik? Jenderal yang memakai uang yang ada untuk beli pesawat pribadi yang mewah sementara anak buahnya naik pesawat tua Hercules yang umurnya hampir setengah abad sehingga belum kena peluru lawan sudah jatuh dengan sendirinya atau jenderal yang sederhana dan naik pesawat terbang dinas yang dipakai bersama-sama rekannya kemudian menggunakan sisa uangnya untuk pesawat tempur yang canggih?

Banyak orang-orang Arab yang kaya, tapi mereka tidak mampu mengalahkan Israel karena mereka lebih memilih menggunakan kekayaannya untuk hidup mewah. Bukan untuk membeli persenjataan yang bagus dan lengkap guna berjihad di jalan Allah. Orang-orang Arab yang jumlahnya 200 juta orang tak mampu mengalahkan orang Israel yang hanya 4 juta orang.

Satu penyebab mundurnya ummat Islam adalah Wahn: Cinta Dunia dan Takut Mati:

Tsaubah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian seperti menyerbu makanan di atas piring. Berkata seseorang: Apakah karena jumlah kami sedikit waktu itu? Beliau bersabda: Bahkan kalian pada waktu itu banyak sekali, akan tetapi kamu seperti buih di lautan. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn. Seseorang bertanya: Wahai Rasulullah, apakah wahn itu? Beliau bersabda: Cinta dunia dan takut mati”. (Riwayat Abu Dawud no. 4297. Ahmad V/278. Abu Na’im dalam Al-Hilyah)

Di Indonesia banyak orang miskin dan senjatanya sedikit serta antik-antik. Apakah kita kekurangan uang? Tidak juga. Para pejabat kita umumnya tidak mempergunakan uang yang ada untuk mensejahterakan rakyatnya. Tapi untuk memperkaya pribadi. Tak heran jika hartanya puluhan milyar rupiah dan sering tidak sesuai dengan gaji yang mereka terima. Banyak yang menghabiskan Rp 2-3 milyar rupiah untuk satu pernikahan anaknya. Jumlah ini sebenarnya cukup untuk memberi rumah tempat berteduh 80 orang.

Tentu saja ini bukan berarti ummat Islam harus malas mencari rezeki dan hidup miskin. Sebagaimana Sunnah Nabi dan contoh para sahabat, Nabi bisa kaya dan hidup mewah jika mau. Tapi beliau lebih memilih untuk bersedekah dan membelanjakan hartanya di jalan Allah:

Istri Nabi, ’Aisyah berkata bahwa pernah Nabi pagi-pagi mendapat hadiah yang banyak. Namun sebelum petang tiba harta tersebut sudah habis dibagikan untuk fakir miskin. Itulah akhlak Nabi sesuai ayat Al Qur’an di bawah:

Allah SWT berkata, ”Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai.Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.” (Ali ‘Imran: 92).

”Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” [Al Baqarah:195]

Nabi memiliki rumah untuk berteduh, kendaraan untuk dakwah dan jihad, baju zirah dan pedang untuk berperang. Idealnya para Muslim memiliki hal itu. Nabi memilih yang terbaik manfaatnya, tapi bukan yang termewah/mahal. Sebagai contoh Nabi memilih cincin perak untuk stempel ketimbang cincin emas. Nabi juga memilih baju zirah dan pedang dari baja yang kuat ketimbang emas 24 karat yang lunak.

Bukankah ketika kita mencari rezeki, akan terlihat perbedaannya antara orang yang niatnya hanya untuk kaya sehingga bisa punya rumah dan mobil mewah serta makan enak dengan orang yang ingin membelanjakan hartanya di jalan Allah lillahi ta’ala?

Jadi luruskan niat kita lillahi ta’ala. Masih banyak orang miskin di sekitar kita, bahkan banyak yang bunuh diri karena kemiskinan. Bantu mereka. Jangan habiskan harta kita karena gaya hidup kita yang boros.

Dari Umar bin Khottob ra dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh SAW bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal tergantung kepada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang menjadi tujuannya (niatnya).’” (Bukhari-Muslim)

Jadi niatkan semua untuk Lillahi ta’ala. Bukan yang lainnya seperti dunia atau harta.

Saat ini bermunculan motivator Islam. Ini bagus. Tapi jangan sampai kita mengikuti motivator Barat sehingga akhirnya tenggelam pada materialisme/duniawi. Meski Islam MELARANG kita melupakan dunia, namun Islam mengajarkan kita mengutamakan akhirat:

”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi” [Al Qashash:77]

”Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia, maka Kami segerakan baginya di dunia dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir” [Al Israa’:18]

Allah mengingatkan kita bahwa akhirat lebih baik dan kekal dari dunia karena manusia memang cenderung pada dunia hingga banyak yang lupa akan akhirat:

”Sungguh hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada dunia” [Adh Dhuhaa:4]
”Akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” [Al A’laa:17]

Di Indonesia banyak orang miskin. Menurut media VHR, 50.000 rakyat Indonesiabunuh diri karena kemiskinan dalam 3 tahun terakhir. Bahkan di media Surya Online diberitakan ada anak SD usia 11 tahun yang bunuh diri karena tidak kuat menahan lapar dan sakit maag yang diderita karena dia hanya sanggup makan sekali sehari. Tidak sepantasnya ummat Islam hidup bermewah-mewah sementara mayoritas rakyat hidup miskin karena ini tanda dari kurangnya iman:

”Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)
Sumber : http://media-islam.or.id

AL BAQARAH (Sapi betina) [2:221] Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

AR-RUUM (BANGSA RUMAWI) [30:21] Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.


YAA SIIN [36:36] Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

AN NUUR (Cahaya) [24:32] Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

AN NISAA' (WANITA) [4:1] Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

26] Wanita-wanita yang keji AN NUUR[24:adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)






Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan-perhiasan,
dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalehah


'' PILIHLAH TAARUF JANGAN PACARAN ''


Pertama , ta’aruf itu sebenarnya hanya untuk penjajagan sebelum menikah . Jadi kalau salah satu atau keduanya nggak merasa sreg bisa menyudahi ta’arufnya. Ini lebih baik daripada orang yang pacaran lalu putus. Biasanya orang yang pacaran hatinya sudah bertaut sehingga kalau tidak cocok sulit putus dan terasa menyakitkan. Tapi ta’aruf, yang Insya Allah niatnya untuk menikah Lillahi Ta’ala, kalau tidak cocok bertawakal saja, mungkin memang bukan jodoh. Tidak ada pihak yang dirugikan maupun merugikan.

Kedua , ta’aruf itu lebih fair. Masa penjajakan diisi dengan saling tukar informasi mengenai diri masing-masing baik kebaikan maupun keburukannya . Bahkan kalau kita tidurnya sering ngorok, misalnya, sebaiknya diberitahukan kepada calon kita agar tidak menimbukan kekecewaan di kemudian hari. Begitu pula dengan kekurangan-kekurangan lainnya, seperti mengidap penyakit tertentu, enggak bisa masak, atau yang lainnya. Informasi bukan cuma dari si calon langsung, tapi juga dari orang-orang yang mengenalnya (sahabat, guru ngaji, orang tua si calon). Jadi si calon enggak bisa ngaku-ngaku dirinya baik. Ini berbeda dengan orang pacaran yang biasanya semu dan penuh kepura-puraan. Yang perempuan akan dandan habis-habisan dan malu-malu (sampai makan pun jadi sedikit gara-gara takut dibilang rakus). Yang laki-laki biarpun lagi bokek tetap berlagak kaya traktir ini itu (padahal dapet duit dari minjem temen atau hasil ngerengek ke ortu tuh).
hahahaa,....61x.

Ketiga , dengan ta’aruf kita bisa berusaha mengenal calon dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya . Hal ini bisa terjadi karena kedua belah pihak telah siap menikah dan siap membuka diri baik kelebihan maupun kekurangan. Ini kan penghematan waktu yang besar. Coba bandingkan dengan orang pacaran yang sudah lama pacarannya sering tetap merasa belum bisa mengenal pasangannya. Bukankah sia-sia belaka?

Keempat , melalui ta’aruf kita boleh mengajukan kriteria calon yang kita inginkan . Kalau ada hal-hal yang cocok Alhamdulillah tapi kalau ada yang kurang sreg bisa dipertimbangan dengan memakai hati dan pikiran yang sehat. Keputusan akhir pun tetap berdasarkan dialog dengan Allah melalui sholat istikharah. Berbeda dengan orang yang mabuk cinta dan pacaran. Kadang hal buruk pada pacarnya, misalnya pacarnya suka memukul, suka mabuk, tapi tetap bisa menerima padahal hati kecilnya tidak menyukainya. Tapi karena cinta (atau sebenarnya nafsu) terpaksa menerimanya.

Kelima , kalau memang ada kecocokan, biasanya jangka waktu ta’aruf ke khitbah (lamaran) dan ke akad nikah tidak terlalu lama . Ini bisa menghindarkan kita dari berbagai macam zina termasuk zina hati. Selain itu tidak ada perasaan ”digantung” pada pihak perempuan. Karena semuanya sudah jelas tujuannya adalah untuk memenuhi sunah Rasulullah yaitu menikah.

Keenam , dalam ta’aruf tetap dijaga adab berhubungan antara laki-laki dan perempuan . Biasanya ada pihak ketiga yang memperkenalkan. Jadi kemungkinan berkhalwat (berdua-duaan) kecil yang artinya kita terhindar dari zina.

Nah ternyata ta’aruf banyak kelebihannya dibanding pacaran dan Insya Allah diridhoi Allah. Jadi, …kita mau mencari kebahagian dunia akhirat dan menggapai ridhoNya atau mencari kesulitan, mencoba-coba melanggar dan mendapat murkaNya





'' BUNGA ISTIMEWA,HANYA UNTUK YANG ISTIMEWA ''


Bunga adalah simbol kesegaran, keceriaan dan kebahagiaan. Bisa jadi ada makna yang lebih dalam dari penamaan Rasulullah atas putri tercintanya, Fatimah Az Zahra. Az Zahra sendiri berarti "bunga". Tidaklah mengherankan jika Fatimah menjadi anak yang paling disayang dibanding saudara-saudara Fatimah lainnya. Hal itu terlihat dari ungkapan Rasulullah, "Siapa yang membuatnya sedih, berarti juga membuat aku sedih, dan barang siapa menyenangkannya, berarti menyenangkanku pula".

"Bunga" Fatimah yang tumbuh dan berkembang dalam binaan langsung dari ayahanda Rasul yang baik, lemah lembut dan terpuji menjadikannya seorang gadis yang juga penuh kelembutan, berwibawa, mencintai kebaikan plus akhlak terpuji meneladani sang ayah. Maka tidaklah aneh, bunga yang dinisbatkan Rasul menjadi wanita penghulu surga itu menjadi primadona di kalangan para sahabat Rasulullah.

Tercatat, beberapa sahabat utama seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab pernah mencoba melamar Fatimah. Hanya saja, sayangnya dengan halus Rasulullah menolak lamaran para sahabat itu. Hingga akhirnya datanglah Ali bin Abi Thalib untuk meminang Fatimah. "Aku mendatangi Rasulullah untuk meminang putri beliau, yaitu Fatimah. Aku berkata: Demi Allah aku tidak memiliki apa-apa, namun aku ingat kebaikan Rasulullah, maka aku beranikan diri untuk meminangnya". Akhirnya, Rasulullah pun menerima pinangan Ali meski hanya mempersembahkan baju besi al khuthaimah (yang juga merupakan pemberian Rasul).

Fatimah adalah bunga yang terpelihara, tidak tanggung-tanggung yang mendidik, membina, memeliharanya adalah manusia agung nan mulia Muhammad Rasul Allah, yang memiliki segala keterpujian. Bunga yang indah dengan segala keistimewaannya, harus dipelihara dan dijaga oleh orang yang istimewa dan memiliki berbagai kelebihan pula, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib. Siapa yang meragukan kapasitas Abu Bakar dan Umar bin Khattab, yang keduanya kemudian berturut-turut menjadi khalifah meneruskan perjuangan kaum muslimin menggantikan Rasul. Lalu kenapa ayahanda sang bunga itu menolaknya?

Pertanyaan selanjutnya, kenapa Ali yang hanya bermodalkan baju besi (yang juga pemberian Rasul) menjadi pilihan Rasul untuk mendampingi Fatimah? Meski memang Rasulullah yang paling tahu alasan itu (termasuk juga alasan menolak pinangan dua sahabat yang juga istimewa), namun kita bisa melihat sisi kelebihan dari Ali bin Abi Thalib, pemuda pemberani ini. Ali adalah lelaki istimewa, masuk dalam assabiquunal awwaluun (golongan pertama yang masuk Islam) dengan usia termuda. Soal keberanian, jangan pernah menyangsikan lelaki satu ini. Perang badar yang diikuti oleh seluruh manusia pemberani didikan Rasul, terselip satu lelaki muda yang dengan gagahnya maju ke depan ketika seorang pemuka dan ahli perang kaum kafir menantang untuk berduel. Meski awalnya dilecehkan karena dianggap masih kecil, namun Ali dengan kehebatannya mampu mengalahkan musuh duelnya itu. Tidak sampai disitu, yang membuat Rasulullah tak bisa melupakannya adalah jasa besar dan keberanian Ali menggantikan Rasul tidur di pembaringannya saat Rasulullah ditemani Abu Bakar menyelinap ke luar saat hijrah. Padahal resikonya adalah mati terpenggal oleh balatentara kafir yang telah mengepungnya.

Tentu masih banyak dan tidak akan cukup satu halaman untuk mencatat kelebihan Ali yang menjadikannya begitu istimewa. Satu yang bisa kita tangkap secara jelas, bahwa wanita istimewa memang dipersiapkan untuk lelaki istimewa. Seperti halnya, "bunga" Fatimah yang hanya Ali bin Abi Thalib yang diizinkan Rasulullah untuk memetiknya. Oleh karenanya, jangan pernah berharap akan datangnya seseorang istimewa jika tak pernah menjadikan diri ini istimewa.



'' JAGA DERMAGAMU, DIK ''


Dik, jangan gegabah seperti itu, pikirkan dulu masak-masak dampaknya kelak. Sayang jika kau nodai apa yang sudah dengan susah payah kau bangun dan bina selama ini. Bersabarlah, saatnya pasti akan tiba. Saat yang telah diputuskan Allah sejak kau dalam rahim ibumu. Pada hari yang dijanjikan itu, pasti akan bersua jua dirimu dengannya.?

Adik sudah cukup lelah bersabar, kak. Sampai kapan adik harus menunggu? Sementara detik demi detik terus berpacu, adik sudah tidak muda lagi sekarang?

Semua wanita memiliki fitrah yang sama, ingin segera membina sebuah keluarga. Tapi jodoh itu kan Allah yang mengatur. Kau tidak sendiri, dik! Masih banyak saudari-saudarimu yang usianya jauh lebih tua darimu juga belum diperkenankan Allah untuk memikul amanah itu. Kau sendiri tahu kakakmu ini jg belum menikah...?

Kak, semua saudara seperjuangan juga sudah angkat tangan membantu mempertemukan adik dengan laki-laki pilihan itu, terus apa nggak boleh kalau kemudian adik berusaha sendiri??

Adikku sayang, bukan berarti kau tidak boleh mencari sendiri. Tapi kecenderungan rasa kita pada seseorang biasanya akan membutakan mata hati kita karena semua yang ada pada si dia akan terlihat begitu indah tanpa cela. Cukuplah kakak yang mengalaminya. Ingat, dik, sesal itu selalu datang diakhir cerita?

Tapi laki-laki dari kantor pusat itu orang baik, kak! Dia rajin sholat, santun dan ikut pengajian rutin. Menurut teman-temanku sih begitu...?

Teman-temanmu yang mana? Teman-teman kantor yang kau bilang biasa dugem di kafe-kafe sampai pagi? Sudah berapa kali kakak bilang jauhi mereka! Dan laki-laki itu, apakah bisa disebut laki-laki baik kalau dia tak pernah absen mengirim puisi-puisi sentimentil untukmu? Jangan-jangan dia juga biasa mengirim puisi-puisi itu ke perempuan-perempuan lain. Atau gara-gara dia selalu mengirim sms untuk mengingatkanmu sholat, lalu kau anggap dia itu laki-laki baik? Ironisnya, mengapa dia tidak mengirim sms yang sama kepada teman-temanmu yang lain supaya mereka juga ingat sholat...?

Ah, pasti kakak mau bilang bahwa dia bukan laki-laki yang tepat untuk adik, kan? Kak, yang namanya laki-laki sholeh itu jauuuuh...jauh di ujung laut sana. Kalaupun dia mau berlabuh, pasti akan memilih dermaga yang bagus. Dermaga yang cantik, pintar, kaya, tinggi, putih bersih, dst...dst! Kalau seperti aku dengan tampang cuma nilai enam, IQ standar, pegawai biasa dan kulit sawo kematangan sih nggak bakal masuk hitungan. Waiting listnya kepanjangan, kak!?

hehe,..61x. Ya, berusaha dong menjadi dermaga yang bagus. Dermaga yang bagus kan nggak selalu dengan kriteria seperti itu. Perbaiki dermagamu dengan mempercantik akhlak, memperbanyak ibadah, meningkatkan potensi diri, dengan izin Allah pasti akan ada yang berlabuh juga.?

Kakak nggak ngerti sih. Siapa sih yang nggak mau berjodoh dengan laki-laki pilihan yang punya tujuan hidup sama dengan kita. Laki-laki sholeh, yang akan membimbing istri dan anak-anak ke syurga...Kalaulah pada akhirnya adik berjodoh dengan laki-laki yang biasa-biasa saja?, bukan sesuatu yang nggak mungkin kan kalau adik yang justru membimbing dia ke arah sana??

Dik, kakak sangat mengerti kegundahan hatimu, karena kakak jg mengalami masa-masa usia krisis sepertimu. Dalam keputus-asaan, kakak mencoba mencari si dia dengan cara kakak sendiri, tabrak sana sini. Kakak pun dulu mempunyai prinsip yang sama denganmu, bertekat akan bimbing si dia menjadi wanita yang sholehah. Mencari-cari waktu agar sering bersama, mengenalkan si dia lebih jauh dengan Islam. Meski tak pernah dijamah, tapi itu namanya sudah berdua-duaan, berkhalwat! Toh, semua berakhir mengecewakan, si dia tak seperti yang kakak harapkan. Mudahnya berpaling ke lelaki lain, karena dengan kakak banyak yang tak bolehnya. Begitu seterusnya, beberapa bahkan ada yang sudah ikut pengajian rutin sebelum kenal dengan kakak. Mereka sempat membuat hari-hari kakak begitu berbunga-bunga, sekaligus menderita! Karena semua bunga itu semu, dan tak akan pernah menjadi buah. Kakak merasa lelah, capek! Ternyata apa yang kakak harapkan dengan melanggar takdir itu pun tak pernah membuahkan hasil. Kakak telah mencoreng muka sendiri, hina rasanya dimata Allah, dan malu dengan teman-teman seperjuangan. Tapi Allah Maha Pemurah dan Penyayang, kakak yakin Allah akan mengirimkan seorang wanita pilihanNya, seorang yang begitu baik untuk kakak,insya Allah?
Ketahuilah dik, rasa bersalah itu tidak pernah hilang, meski si Dia ikhlas dan mau mengerti dengan story kita?

Lalu adik harus bagaimana mengisi hari-hari sendiri, kak? Hampa rasanya, ilmu-ilmu yang adik terima tentang membina rumah tangga sakinah, tentang mendidik anak, semua itu hanya tinggal sebuah teori indah dalam khayal. Mubazir, karena nggak jelas kapan akan dipraktekkan. Bagaimana jika sampai akhir hayat adik ditakdirkan tetap sendiri, karena laki-laki pilihan itu tak kunjung datang,bagaimana kak??

Adikku sayang, percayalah pada takdir Allah dan bersabarlah. Mungkin Allah belum mengabulkan doa-doamu karena belum kau panjatkan dengan segenap kepasrahan, belum kau lepas keangkuhanmu karena kau berusaha menerjang ketetapanNya yang berlaku bagimu. Mungkin juga kau belum tinggalkan segala hal yang mendekati kemaksiatan. Itulah yang menjauhkan terkabulnya doa-doa kita,dik. Ketahuilah jika Allah memang berkehendak, jodoh adik bisa datang tanpa disangka dan diduga. Akan tetapi jika kehendak Allah sebaliknya, Insya Allah, itulah hal terbaik yang ditetapkan Allah bagi dirimu. Mungkin, Allah berkehendak memperjodohkan adik dengan bidadarinya di surga kelak ?

***

Saya terima nikahnya Muthmainnah binti Syaiful dengan mas kawin....?

Alhamdulillah,ya Allah... Kak, hari yang dijanjikan itu akhirnya datang juga. Laki-laki pilihan itu kini mengikat janji untuk berlabuh di dermagaku...?

Subhanallah! Biarkan bulir-bulir bahagia itu luruh di matamu,dik. Kakak bangga, kesabaran adik pada akhirnya berbuah kebahagiaan. Kesucian dermagamu telah kau jaga dengan baik, dan hanya kau peruntukkan bagi laki-laki sholeh yang mulai saat ini akan menemanimu menempuh bahtera kehidupan, dunia akhirat. Barokallah, semoga Allah memberkatimu dan memberikan berkah atas kamu serta menyatukan kalian berdua dalam kebaikan, adikku sayang...?
Amieen,..61x.

Teruntuk sahabat-sahabatku yang masih menanti sang lelaki pilihan, jagalah dermagamu dan persiapkan hanya untuk dia yang akan mendampingimu dunia dan akhirat.




'' CINTA DATANG SETELAH MENIKAH, CINTA ADA KARENA BIASA ''


“Kau tak akan pernah lagi jatuh cinta. Masa itu telah lewat, dan kau telah menghabiskannya.”

Terngiang apa yang diucapkan ibunya saat Aris mengemukakan alasan kenapa dia belum saja menikah. Aris selalu menjawab bahwa belum ada satu sosok perempuan pun yang mampu membuatnya jatuh cinta. Dan Aris sabar menunggu itu.

“Bu, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Jadi aku hanya akan menikah dengan perempuan yan benar-benar aku cintai. Bukankah itu tidak berlebihan?”

Dan setiap kali dia dipaksa, dia gunakan kalimat ini, yang ibunya telah hafal karena seringnya diulang. Seringkali ibunya kembali menjawab bahwa cinta bisa datang setelah menikah. Lebih sering lagi ibunya tersenyum sembari menatap wajah anak lelakinya itu.

Jika mengingat hal itu Aris tersenyum sendiri. Betapa ibunya tahu kalau Aris hanya mengulur waktu. Aris berpikir bahwa menikah sama saja dengan membelenggu kebebasan petualangan cintanya. Petualangan yang hanya mengantarkan Aris pada kubangan dosa yang selalu saja sulit dielakkan.
itulah lamunan Aris yg teringat masa laluny.

Dan tiba2 Aris tersadar dari lamunanny saat terdengar doa ditelingany;

“Ya Allah, permohonanku masih sama. Buat suamiku senantiasa bahagia. Karena kebahagiaannya adalah kebahagiaan aku juga.”

Doa itu sayup-sayup terdengar oleh Aris. Akhir-akhir ini dia seringkali mendengar doa yang sama dari gadis yang mengenakan mukena disamping tempat tidurnya, tempat dirinya kini berbaring sambil berpura-pura terelap. Aris tidak bisa memastikan apakah doa ini terpanjatkan setiap malam, soalnya hanya beberapa hari terakhir saja dia terjaga. Mencoba tahu tradisi yang dilakukan perempuan yang sekamar dengannya setiap lewat tengah malam, jam tiga dini hari lebih tepatnya. Dan entah kenapa, ada gerimis di hatinya, ada tetesan air mata yang segera diusapnya, perempuan itu tak boleh tahu.

Perempuan itu membetulkan selimut yang tak utuh menutuh tubuh Aris. Dikecuplah kening lelaki yang pura-pura terlelap itu. Ada bunga mengembang di hati sang lelaki, bunga yang kian hari kian mewangi. “Cinta, apakah ini cinta yang sedang bersemi”, Aris bergumam dalam hati.

Perempuan itu membelai rambut Aris, kembali satu kecupan mendarat di keningnya. “Suamiku sayang, bangunlah. Adzan subuh hampir berkumandang.” Lalu Aris pun pura-pura mencoba mengusir kantuknya, padahal sedari tadi dia telah terjaga, juga hatinya.

Entah kenapa sudah beberapa hari ini Aris lebih sigap saat dibangunkan, tak seperti dulu yang mengulur waktu karena malasnya. Sudah saatnya Aris berubah, tapi lebih tepatnya ini adalah buah kesabaran Annisa. Yang tak bosan memperhatikan Aris, suami yang sudah sebulan menikah dengannya.

Aris bergegas menuju kamar mandi tuk membersihkan tubuhnya. Air hangat telah menanti. Annisa tahu pasti kalau Aris itu lebih rela dibilang jorok ketimbang harus berakrab ria dengan air dingin di pagi yang dingin. Seusai mandi Aris pun mengenakan pakaian yang tak hanya bersih dan rapih, tapi juga wangi. Dan pakian ini telah disiapkan Annisa, perempuan yang konon dinikahinya tanpa cinta.

“Nis, bolehkan Mazz tidak pergi ke masjid malam ini?”

“Maksud Mazz?”

“Mazz ingin melakukan shalat berjamaah bersamamu, isriku.”

Ada berjuta bunga bermekaran di hati Annisa. Baru kali ini dia diajak shalat berjamaah oleh suaminya. Baru kali ini pula Aris mau menyebutknya “istriku”. Jelas ini sebuah kebahagiaan di pagi yang indah.

“Ya Mazz, yuk!”

Terdengar lantunan ayat suci dari bibir sang imam. Syahdu dan fasih. Makharijul huruf dan tajwidnya tepat, dan Annisa pun tak kuasa menahan linangan air mata. Ada haru bahagia di hatinya, membaur dengan kecintaan pada Tuhannya, khusyu. Selama ini benar jika Annisa selalu yakin bahwa Aris adalah lelaki terbaik yang telah dianugerahkan Allah padanya.

Selepas salam dan berdzikir, ada doa yang Aris panjatkan.

“Ya Allah, terima kasih kau telah mempertemukan aku dengan jodohku. Kini, aku benar-benar merasa jatuh cinta. Dan jatuh cintaku kali ini, adalah jatuh cintaku yang sebenarnya pada perempuan. Maka, semoga cinta diantara kami senantiasa bermuara pada kecintaan kami kepada-Mu. Amin!”

Aris mendekat pada Annisa yang tak kuasa menahan haru, terisak dalam sujud syukurnya. Lalu Aris angkat dagu istrinya, dipeluknya, dibelainya tubuhnya.

“Terima kasih istriku sayang, atas kesabaranmu menumbuhkan cinta ini. Semoga jalinan kita senantiasa sakinah, mawaddah, warahmah.”

Tak ada kata terucap dari bibir Annisa, hanya anggukan saja sambil tangannya semakin erat memeluk lelaki yang telah menyatakan cintanya. Lelaki yang telah sebulan menikah dengannya, namun baru kali ini mampu dimiliki seutuhnya.

Subhanallah,..dari cerita diatas,kita bs belajar mencintai seseorang setelah menikah.





"WANITA BAIK YANG PATUT DIJADIKAN ISTRIi, SEBAGAIMANA DIAJARKAN ALQURAN DAN SUNNAH NABI IALAH"


1.Wanita yang memiliki rasa takut kepada Allah (bertakwa).
2.Wanita yang memiliki keimanan jernih kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
3.Wanita yang tulus bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan naik haji bagi yang mampu.
4.Wanita yang berkepribadian ihsanah, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
5.Wanita yang tulus ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap azab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
6.Wanita yang gemar membaca dan mendaras Alquran, serta berusaha memahami kandungan isinya, berzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
7.Wanita yang tegak menghidupkan amar makruf dan nahi munkar pada keluarga maupun lingkungan masyarakatnya.
8.Wanita yang teguh berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
9.Wanita yang senang menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang menzaliminya.
10.Wanita yang rajin berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
11.Wanita yang senantiasa menegakkan sendi-sendi keadilan, serta berlaku adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
12.Wanita yang eksis menjaga lisannya dari perkataan dusta, tidak bersaksi maupun berjanji palsu dan tidak menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
13.Wanita yang menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
14.Wanita yang suka menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.



'' KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP ''


Dalam menentukan kriteria calon pasangan, Islam memberikan dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Masalah yang pertama

Masalah yang pertama adalah masalah yang terkait dengan standar umum. Yaitu masalah agama, keturunan, harta, dan kecantikan. Masalah ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW dalam haditsnya yang cukup masyhur. Dari Abi Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Wanita itu dinikahi karena empat perkara,yaitu ;
1} karena hartanya,
2} karena keturunannya,
3} karena kecantikannya, dan
4} karena agamanya.
Maka pilihlah olehmu wanita yang punya agama,insya ALLAH engkau akan beruntung dunia akhirat.”
(HR. Bukhari, Muslim).

Masalah agama, Rasulullah memang memberikan penekanan yang lebih, sebab memilih wanita yang sisi keagamaannya sudah matang jauh lebih menguntungkan ketimbang istri yang kemampuan agamanya masih setengah-setengah. Sebab, dengan kondisi yang masih setengah-setengah itu, berarti suami masih harus bekerja ekstra keras untuk mendidik. Itupun kalau suami punya kemampuan agama yang lebih. Tetapi kalau kemampuannya pas-pasan, maka mau tidak mau suami harus ‘menyekolahkan’ kembali istrinya agar memiliki kemampuan dari sisi agama yang baik. Yang dimaksud dengan sisi keagamaan bukan pada luasnya pemahaman agama atau fikrah saja, tetapi juga mencakup sisi kerohaniannya (ruhiyah) yang idealnya adalah tipe seorang yang punya hubungan kuat dengan Allah SWT.

Secara rinci kriteria yang baik antara lain : Aqidahnya kuat, Ibadahnya rajin, Akhlaqnya mulia, Pakaiannya dan dandanannya memenuhi standar busana muslimah, Menjaga kohormatan dirinya dengan tidak bercampur baur dan ikhtilath dengan lawan jenis yang bukan mahram, Tidak bepergian tanpa mahram/ pulang larut malam, Fasih membaca Al-Qur’an Al-Karim, Ilmu pengetahuan agamanya mendalam, Aktifitas hariannya mencerminkan wanita shalilhah, Berbakti kepada orangtuanya serta rukun dengan saudaranya, Pandai menjaga lisannya, Pandai mengatur waktunya serta selalu menjaga amanah yang diberikan kepadanya, Selalu menjaga diri dari dosa-dosa meskipun kecil, Pemahaman syari’ahnya tidak terbata-bata, Berhusnuzhan kepada orang lain, ramah, dan simpatik.

Sedangkan dari sisi nasab atau keturunan, merupakan anjuran bagi seorang muslim untuk memilih wanita yang berasal dari keluarga yang taat beragama, baik status sosialnya, dan terpandang di tengah masyarakat. Dengan mendapatkan istri dari nasab yang baik, akan lahir keturunan yang baik pula. Sebab, mendapatkan keturunan yang baik itu bagian dari perintah agama. Sebaliknya, bila istri berasal dari keturunan yang kurang baik nasab keluarga, seperti penjahat, pemabuk, atau keluarga yang berantakan, maka semua itu akan berpengaruh pada jiwa dan kepribadian istri. Padahal nantinya peranan istri adalah menjadi pendidik bagi anak. Apa yang dirasakan oleh seorang ibu pastilah akan langsung tercetak begitu saja kepada anak. Pertimbangan memilih istri dari keturunan yang baik ini bukan berarti mengharamkan menikah dengan wanita yang kebetulan keluarganya kurang baik. Sebab, bukan hal yang mustahil bahwa sebuah keluarga akan kembali ke jalan Islam yang terang dan baik. Namun masalahnya adalah pada seberapa jauh keburukan nasab keluarga itu akan berpengaruh kepada calon istri. Tidak jarang butuh waktu yang lama untuk menghilangkan cap yang terlanjur diberikan masyarakat. Maka bila masih ada pilihan lain yang lebih baik dari sisi keturunan, seseorang berhak untuk memilih istri yang secara garis keturunan lebih baik.

2. Masalah yang Kedua

Masalah kedua terkait dengan selera subjektif seseorang terhadap calon pasanan hidupnya. Sebenarnya hal ini bukan termasuk hal yang wajib diperhatikan, namun Islam memberikan hak kepada seseorang untuk memilih pasangan hidup berdasarkan subjektifitas selera setiap individu maupun keluarga dan lingkungannya. Intinya, meskipun dari sisi yang pertama tadi sudah dianggap cukup, bukan berarti dari sisi yang kedua bisa langsung sesuai. Sebab masalah selera subjektif adalah hal yang tidak bisa disepelekan begitu saja. Karena terkait dengan hak setiap individu dan hubungannya dengan orang lain. Sebagai contoh adalah kecenderungan dasar yang ada pada tiap masyarakat untuk menikah dengan orang yang sama sukunya atau sama rasnya. Kecenderungan ini tidak ada kaitannya dengan masalah fanatisme darah dan warna kulit, melainkan sudah menjadi bagian dari kecenderungan umum di sepanjang zaman. Dan Islam bisa menerima kecenderungan ini meski tidak juga menghidup-hidupkannya. Sebab bila sebuah rumah tangga didirikan dari dua orang yang berangkat dari latar belakang budaya yang berbeda, meski masih seagama, tetap saja akan timbul hal-hal yang secara watak dan karakter sulit dihilangkan. Contoh lainnya adalah selera seseorang untuk mendapatkan pasangan yang punya karakter dan sifat tertentu. Ini merupakan keinginan yang wajar dan patut dihargai. Misalnya seorang wanita menginginkan punya suami yang lembut atau yang macho, merupakan bagian dari selera seseorang. Atau sebaliknya, seorang laki-laki menginginkan punya istri yang bertipe wanita pekerja atau yang tipe ibu rumah tangga. Ini juga merupakan selera masing-masing orang yang menjadi haknya dalam memilih. Islam memberikan hak ini sepenuhnya dan dalam batas yang wajar dan manusiawi memang merupakan sebuah realitas yang tidak terhindarkan.




'' BIS SEPERTI APA YANG KAMU TUNGGU ''

Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis ketika akan berangkat pagi hari ke tempat kerja.

Sebuah bis datang, dan kamu bilang, "Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh! Aku tunggu bis berikutnya aja deh."

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."

Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini :
sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju.
Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat...
tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri'! dan keluar dengan sopan.

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.

Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu?


'' MENIKAH ALA ISLAM, MUDAH, & BERKAH ''

Nah ternyata buat temen-temen yang mo nikah, nikah itu gak lah sesulit yang digambarkan oleh media-media saat ini, menikah tidaklah harus menghabisakan banyak biaya, tetapi cukup dengan biaya yang berkisar satu jutaan udah bisa nikah...

Adapaun langkah-langkah yang harus kita ambil dalam menikah ala islami adalah :

Tentang Mahar

"Berikanlah mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan ..." (QS An-Nissaa :4).

Mahar merupakan pemberian seorang laki-laki kepada perempuan yang dinikahinya, yang selanjutnya akan menjadi hak milik istri secara penuh. Dalam praktiknya tidak ada batasan khusus mengenai besarnya mahar dalam pernikahan. Rasulullah SAW sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qoyyim dalam kitabnya Zaadul Maad, memberi mahar untuk istri-istrinya sebanyak 12 uqiyah. Abu Salamah menceritakan, "Aku pernah bertanya kepada A'isyah ra, "Berapakah mahar Nabi SAW untuk para istrinya?" A'isyah menjawab, "Mahar beliau untuk para istrinya adalah sebanyak 12 uqiyah dan satu nasy." Lalu A'isyah bertanya, "Tahukah kamu, berapa satu uqiyah itu?" Aku menjawab, "tidak" A'isyah menjawab, "empat puluh dirham." A'isyah bertanya, "Tahukah kamu, berapa satu nasy itu?" Aku menjawab, "tidak". A'isyah menjawab, "Dua puluh dirham". (HR. Muslim).

Umar bin Khattab berkata, "Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah SAW menikahi seorang pun dari istrinya dengan mahar kurang dari 12 uqiyah." (HR. Tirmidzi).

Dalam kisah lain Rasulullah SAW menikahkan putrinya Fatimah dengan Ali ra dengan mahar baju besi milik Ali. Diriwayatkan Ibnu Abbas, "Setelah Ali menikahi Fatimah, Rasulullah SAW berkata kepadanya, "Berikanlah sesuatu kepadanya." Ali menjawab, "Aku tidak mempunyai sesuatu pun." Maka beliau bersabda, "Dimana baju besimu? Berikanlah baju besimu itu kepadanya." Maka Ali pun memberikan baju besinya kepada Fatimah. (HR Abu Dawud dan Nasa'i).

Bahkan ketika seorang laki-laki tidak memiliki sesuatu berupa harta yang dapat diberikan sebagai mahar, Rasulullah SAW tidak menolak untuk menikahkannya dengan mahar beberapa surat dalam Al-Qur'an yang dihafalnya. Dikisahkan ada seorang laki-laki yang meminta dinikahkan oleh Rasulullah, tetapi ia tidak memiliki sesuatu pun sebagai mahar, walaupun sebuah cincin dari besi. Kemudian beliau bertanya kepadanya, "Apakah engkau menghafal Al-Qur'an?" Ia menjawab, "Ya, aku hafal surat ini dan surat itu (ia menyebut beberapa surat dalam Al-Qur'an). "Maka beliau bersabda, "Aku menikahkan engkau dengannya dengan mahar surat Al-Qur'an yang engkau hafal itu!" (disarikan dari hadits yang sangat panjang dalam Kitab Shahih Bukhari Jilid IV, hadits no. 1587).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada batasan tentang bentuk dan besarnya mahar, tetapi yang disunnahkan adalah mahar itu disesuaikan dengan kemampuan pihak calon suami.

Tentang Walimah (Resepsi Pernikahan)

Walimah merupakan sunnah, diadakan dengan tujuan agar masyarakat mengetahui pernikahan yang berlangsung sehingga tidak terjadi fitnah di kemudian hari terhadap dua orang yang menikah tersebut. Sedangkan mengenai tata cara penyelenggaraannya, syariat memberikan petunjuk sebagai berikut:

Khutbah sebelum akad
Disunnahkan ada khutbah sebelum akad nikah yang berisi nasihat untuk calon pengantin agar menjalani hidup berumah tangga sesuai tuntunan agama.

Menyajikan hiburan
Walimah merupakan acara gembira, karena itu diperbolehkan menyajikan hiburan yang tidak menyimpang dari etika, sopan santun dan adab Islami.

Jamuan resepsi (walimah)
Disunnahkan menjamu tamu yang hadir walaupun dengan makanan yang sederhana. (Dari Anas bin Malik ra bahwa Nabi SAW telah mengadakan walimah untuk Shofiyah istrinya dengan kurma, keju, susu, roti kering dan mentega).

Diriwayat lain, Rasulullah SAW bersabda kepada Abdurrahman bin Auf, "Adakanlah walimah meski hanya dengan seekor kambing." Sedangkan mengenai batasan mengadakan walimah As-Syaukani dalam Nailul Authar menyebutkan bahwa Al Qadhi Iyadh telah mengemukakan bahwa para ulama sepakat tidak ada batasan khusus untuk walimah, meski diadakan dengan yang paling sederhana sekalipun diperbolehkan. Yang disunnahkan adalah bahwa acara itu diadakan sesuai dengan kemampuan suami.

Masih banyak pelajaran lain yang bisa dipetik berkaitan dengan acara walimah ini, yang membuat kita sampai pada satu kesimpulan bahwa menikah dengan cara Islam ternyata memang mudah, murah dan berkah!


''KETIKA MENIKAH JADI PILIHAN ''

Sudah saatnya menikah bagi yang belum menikah. Sudah saatnya hidup bahagia yang sudah menikah. Sudah saatnya bersikap bijak bagi yang sudah menjadi orang tua. Semua itu merupakan proses perjalanan hidup yang ideal dalam bingkai pernikahan.

Pernikahan memang impian semua remaja. Kebahagiaan memang impian setiap pasangan hidup. keharmonisan memang impian setiap keluarga. Saat seseorang telah menemukan calon pendamping hidup, dia layak gelisah dan cemas atas hidup baru yang akan dijalaninya.

Saat sepasang pengantin mulai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka pasti berpikir keras dan berharap mendapat kehidupan yang lebih baik. saat orang tua memiliki keturunan, mereka pasti berpikir cemas untuk kebahagiaan anak-anaknya.

Kegelisahan, harapan, dan kecemasan itu tidak akan berlarut-larut kalau mereka menemukan jalan untuk mengatasainya. Semua pasti ada solusinya. Bagi yang hendak menikah dan tidak ingin kecewa dia harus memahami terlebih dahulu sendi-sendi pernikahan.

Bagi pasangan yang ingin hidup ideal sampai akhir hayat, mereka harus mengerti cara berumah tangga yang baik. Bagi yang sudah menjadi orang tua, mereka harus bisa bersikap bijak dalam mengatur rumah tangganya.

“Tidak sempurna ibadah seseorang sehingga dia menikah”. Cukup lama juga memahami makna dari ucapan Ibnu Abbas ini.

Selain itu yang menarik adalah Islam menganjurkan kaum pria untuk memilih pasangan hidup dengan baik dan memberikan beberapa dasar, prinsip, dan kaidah yang mendalam, serta mengajaknya menempuh jalan tersebut, dan memintanya memelihara hal tersebut.

Meski hati ini diliputi kegelisahan dan kekhawatiran karena di usia sekarang masih belum menikah, namun diri ini bersyukur ternyata Allah lebih sayang lagi memberikan pelajaran hidup.

Karena Allah Maha Tahu yang terbaik untuk kita, umat-Nya. Allah tidak memberi apa yang kita harapkan. Tapi Ia memberi apa yang kita perlukan. Kadang kita sedih, kecewa, terluka. Tapi jauh di atas segalanya, Ia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al Baqoroh : 216).

Kini mari teruskan berdo’a dan berusaha memperbaiki diri, do’a kita pasti dikabulkan hanya saja Allah tahu waktu terbaik untuk mengabulkan do’a tersebut.



"MEMAAFKAN MENGHILANGKAN TRAMA DENDAM "


Memaafkan ternyata menghilangkan sebuah peristiwa yang tidak mengenakan apa telah diperbuat sesuarang kepada manusia.

mengapa kita harus menyakiti diri sendiri dengan sesuatu yang telah menyakiti kita yang telah dilakukan manusia? kesalahan yang diperbuat manusia maafkan saja.dengan itu kita bisa merasa tidak tersakita sampai dan tidak ada perasan dendam yang terus dibawa sampai seorang tersebut sudah meninggal. Diskusi dengan sumber salah satu seorang spesiology islam di mushola departemen keuangan denpasar renon.

KELUARGA SEBAIKNYA ADA
Suami adalah imam atau pemimpin dalam keluarga. Suami ibarat supir dalam suatu kendaraan yang menentukan mau kemana kendaraan akan dibawa. Suami ibarat Nahkoda kapal yang menentukan kearah mana kapal akan berlabuh.Ketika istri masuk neraka istri akan bertanggung jawab atas kepemimpinannya setidaknya dala rumah tangga diisi denagan
1.membaca dan memahami artinya Al Quran dan hadis.
2.disi dengan sholat wajib seperti sholat lima waktu dan sholat lainnya
3. berbakti terhadap aorang tua menjadi anak yang sholeh.



KEBENARAN YANG PASTI MENURUT ALLAH

Target Menikah Umur 25 Tahun sebelum sampai umur tetapi apa yang mau harus dicari pekerjaan memang pendapatan sudah memenuhi kebutuhan sehari hari bahkan tersisa untuk ditabung kalau nunggu kaya kapan kaya. Belajar Ilmu tidak ada habisnya semakin belajar semakin merasa banyak yang tidak diketahui tetapi tetap terus belajar ibarat air dilautan yang luas sedangkan kita jari yang dicelupkan ke air laut belajar sampai mati tidak ada habisnya, Kalau Sudah berkeluarga bisa lebih fokus karena pekerjaan apa bila dikerjaakan bersama akan lebih baik semisalkan sudah ada yang bantu nyuci, masak dan lebih bisa fokus kearah yang diinginkan saling membantu. binggung apa lagi yang dicari lagi keputusan untuk menikah ternyata didalam mencari jodohpun apa yang kita inginkan tidak bisa dibeli dengan uang dalam pencariian berusa sesuai dengan Al Quran dan Hadis. Apa yang menurut saya baik , teman teman, maupun data yang diambil melalui teman anaknya/bapaknya/tetangganya yang semua mengarah kebaikan, kalau itu tidak jodoh pasti ada saja nanti jalan tidak jadi karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Untuk itu maka untuk itu jalan yang ditempuh dengan memperbaiki diri sendiri karena sesuai dengan firman Allah AN NUUR[24:26] Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
dalam pencariaanpun sebaiknya Dari Ibnu Mas’ud radiallahu anhu, “Kami bersama Rasulullah salallahu alaihi wa salam, pada saat kami masih muda, dan tidak memiliki harta. Rasulullah salallahu alaihi wa salam bersabda “Wahai para pemuda! Menikahlah, jika kamu mampu, karena dengan menikah akan lebih menundukan pandangan, dan menjaga kemaluan. Jika kamu tidak mampu, berpuasalah, karena puasa adalah penahan untuknya(syahwat)” (Hadist riwayat Bukhari & Muslim) berpuasa bisa senin dan kamis atau puasa nabi daut dimana dengan berpusa kita bisa memperbaiki diri. Belajar Al qur'an hadis, Bersedekah, Kalau sudah ada calon untuk Taaruf sambil disholat Istikharah. memperbanyak teman yang baik,Berdoa, sholat hajat.


'' PONDASI ITU BERNAMA KELUARGA ''

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم





ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Kehidupan keluarga disamping menjadi salah satu dari sekian banyak tanda-tanda kebesaran Allah, juga merupakan nikmat yang patut disyukuri dan dijadikan sarana meraih kebaikan dan pahala yang besar di sisi Allah. Allah swt berfirman:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Ar-Rum: 21). Dalam ayat yang lain Allah berfirman:

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”. (Al-Isra’: 72).

Untuk itu, harga mahal keberlangsungan sebuah rumah tangga mutlak dipertaruhkan karena memang dari sebuah institusi yang baik akan lahir alumni generasi yang baik pula. Allah berpesan untuk terlebih dahulu mempertahankan institusi ini:

“Dan bergaullah dengan mereka(istri-istri) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak“. (An-Nisa’: 19)

Menurut Sayyid Quthb ayat ini merupakan sentuhan jiwa yang menenangkan hati dari gejolak amarah dan akan mampu memadamkan api kebencian sehingga mengembalikan kehidupan rumah tangga kepada ketenangan dan kedamaiannya semula seperti yang dicita-citakan oleh Islam. Ayat ini juga secara implisit mengisyaratkan bahwa merupakan hal yang lumrah terjadi suatu saat secara emosional perasaan benci dan sebagainya yang terkadang turut memperkeruh suasana rumah tangga, namun keutuhan sebuah rumah tangga merupakan kata kunci yang tidak bisa ditolerir untuk membangun kehidupan keluarga yang baik.

Dalam bahasa Ibnu Asyur, Keluarga selain bisa menjadi Asbabul Ujur (peluang dan sarana mendapatkan pahala), ia juga bisa menjadi Asbabul A’tsam (peluang dan sarana menerima dosa) jika terjadi pengabaian akan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam kehidupan keluarga. Untuk itu, institusi ini termasuk yang mendapat perhatian besar Al-Qur’an.

Tercatat wanti-wanti Al-Qur’an tentang keberadaan keluarga, yaitu tentang anak dan istri yang bisa menjadi fitnah dalam arti ujian dan cobaan. Allah swt berfirman tentang kenyataan ini yang diawali oleh ayat di atas yang redaksinya mirip dengan surah At-Taghabun: 15 dan surah Al-Munafiqun: 9. Bahkan keberadaan mereka dalam keluarga bisa menjadi musuh yang menghalangi seseorang dari mentaati perintah Allah swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya di antara Isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (At-Taghabun: 14)

Tentu agar keberadaan keluarga tersebut menjadi pundi kebaikan dan pahala dari Allah, maka ‘tarbiyah’ dalam arti yang luas merupakan pondasi dasar yang harus senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan dalam keadaan bagaimanapun. Begitulah urgensi pesan Ya’qub terhadap keadaan keberagamaan keluarganya pasca ketiadaannya nanti:

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya“. (Al-Baqarah: 133).

Justru kegundahan dan perhatian Ya’qub terhadap anak keturunannya adalah bagaimana sikap keberagamaan mereka pasca kewafatannya kelak. Kekhawatiran beliau tidak tentang kehidupan ekonomi mereka dan lain sebagainya -meskipun ini juga merupakan bagian dari isyarat pesan Allah dalam firman-Nya:

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak keturunan yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar“. (An-Nisa’: 9) Namun tentang suatu yang sangat vital dalam kehidupan manusia, yaitu tentang sikap dan pengamalan mereka akan ‘Ubudiyah’ kepada Allah dalam dimensinya yang luas yang tercermin dalam perjalanan tarbiyah atau pendidikan dalam kehidupan keluarga.

Dalam konteks ini, keluarga ‘tarbiyah’ harus punya perhatian yang serius tentang program penjagaan dan perawatan diri dan seluruh anggota keluarga dari jilatan api neraka.

Inilah program inti dan unggulan dari sebuah rumah tangga yang dibangun di atas dasar iman. Karena hanya keluarga yang beriman yang memiliki kepedulian tentang aspek ini seperti yang difahami dari mafhum khitab ayat:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan“. (At-Tahrim: 6).

Ibnu Mas’ud ra memahami ayat yang diawali dengan khitab khusus untuk orang yang beriman sebagai sebuah ujian akan komitmennya dengan segenap perintah dan larangan Allah swt. Beliau merumuskan satu kaidah yang bijak tentang ayat yang diawali dengan seruan ‘Hai orang-orang yang beriman’:

“Jika kalian membaca atau mendengar ayat Al-Qur’an yang diawali dengan ungkapan ‘Hai orang-orang yang beriman’ maka perhatikanlah betul-betul pesan Allah setelahnya. Karena tidak ada kalimat setelahnya melainkan sebuah kebaikan yang diperintahkan untuk kita melakukannya maupun sebuah keburukan yang Allah cegah kita darinya”.

Ayat ini jelas memerintahkan agar objek kepedulian itu diarahkan secara prioritas tentang keberagamaan dan tarbiyah dalam keluarga, tentang program yang mendekatkan mereka ke dalam syurga dan menjauhkannya dari neraka. Inilah keluarga ideal dan sukses pada kacamata surah At-Tahrim yang menurut Sayyid Quthb sarat dengan penjelasan tentang keadaan keluarga Rasulullah saw. sebagai teladan keluarga sepanjang zaman.

Demikianlah program unggulan keluarga Ya’qub as. seperti yang difahami dari pesan beliau kepada seluruh anak-anaknya: “Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya“. (Al-Baqarah: 133).

Juga perhatian Ibrahim terhadap keluarganya seperti yang tersebut dalam salah satu doanya yang diabadikan oleh Allah dalam firmanNya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku“. (Ibrahim: 40).

Jelas nabi Ibrahim dan nabi Ya’qub sangat faham bahwa kebaikan individu dalam keluarga sangat ditentukan oleh peran seluruh anggotanya. Demikian juga anggota keluarga turut memberi pengaruh pada keburukan dan kesalahan yang dilakukan oleh salah seorang individu dari mereka.

Keteladanan Muhammad dalam hal ini jelas turut disuport dan didukung oleh keteladanan seluruh anggota keluarganya; dari istri-istrinya, mertua dan menantunya serta anak dan cucunya, bahkan sahabat yang menyertai kehidupan beliau, sehingga beliau layak tampil sebagai uswah hasanah (teladan yang paripurna) yang diabadikan oleh Al-Qur’an dalam seluruh dimensi kehidupan tanpa cacat dan cela sedikitpun, “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah teladan yang paripurna bagi kamu sekalian“. (Al-Ahzab: 21)

Secara redaksional, ungkapan ‘peliharalah dirimu dan keluargamu’ mengindikasikan satu bentuk pencegahan sebelum terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, seperti terumus dalam pepatah ‘Al-Wiqayatu Khairun Minal ‘Ilaj’ : ‘Mencegah itu jelas jauh lebih baik daripada mengobati’. Tarbiyah itulah bentuk ‘wiqayah’ yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan penyelewengan perilaku anggota keluarga. Pencegahan juga harus diawali dari orang tua yang menjadi cermin keluarga ‘peliharalah dirimu’, yang kemudian akan berlanjut pada pembinaan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab mereka.

Sungguh kita masih punya banyak waktu dan kesempatan di dalam rumah tangga kita untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pembinaan. Hanya dengan prinsip-prinsip tarbiyah Islamiyah itulah kita mampu membangun sebuah peradaban luhur dalam sebuah bangunan rumah tangga yang diidam-idamkan sebagai institusi terkecil yang akan turut mewarnai dan memberi pengaruh pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam skala yang lebih besar.

Mudah-mudahan setiap kita akan lebih menfokuskan diri pada pembinaan anggota keluarga secara lebih prioritas yang akan berdampak pada pembinaan masyarat dan umat nantinya. Amieeen,..61x.

Mazz adeeth minta maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan dalam penulisan ini, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Smoga bermanfaat.
Amieeeen,.61x.

وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات


Mazz Adeeth ألفقير إلل


CIREBON, Selasa 01 Desember 2009.
--------------------

'' MENDIDIK ANAK MENJADI SHALEH DAN SHALEHAH ''

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم





ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim)

Anak-anak adalah anugerah dari Allah swt yang tentunya sangat berharga bagi orangtuanya. Anak-anak juga merupakan amanah yang dipercayakan Allah swt kepada orangtua, yang harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar mereka bisa mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat.

Bila kita telah menikah dan membentuk sebuah rumah tanggah, tentunya kita berharap untuk dikaruniai anak-anak yang baik, sholeh dan sholehah, yang bukan saja dapat membahagiakan orangtuanya di dunia, namun juga bisa menyelamatkan orangtuanya di akhirat kelak. Seperti dalam sabda Rasulullah saw, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim)

Orangtua mana yang tidak mau mempunyai anak-anak yang sholeh dan sholehah. Oleh karena itu, orangtua juga harus memiliki perbekalan agar bisa memberikan pendidikan agama yang sempurna bagi anak-anaknya. Karena, mendidik anak merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab orangtua yang cukup penting.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh orangtua yang ingin memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah yaitu senantiasa berdoa kepada Allah swt. Hal ini sesuai dengan amalan para nabi dan rasul yang selalu memohon kepada Allah swt untuk diberikan keturunan yang baik. Firman Allah swt, “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (QS. Ali Imran:38)

Dalam membesarkan dan mendidik anak, hendaklah orangtua menanamkan akidah dan akhlak yang baik sesuai syariat Islam di dalam diri sang anak. Akidah dan akhlak yang mantap merupakan jaminan kebahagiaan dan keselamatan hidup manusia, baik di dunia dan di akhirat. Dengan akidah dan akhlak yang baik, anak-anak akan senantiasa dapat menjaga keimanan mereka.

Keimanan dalam diri anak-anak sangat penting agar mereka agar tidak tersesat nantinya. Keimanan tersebut dilambangkan dengan ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhannya, Allah swt. Dalam hal ini, orangtua juga perlu memberikan tuntunan beribadah yang sesuai dengan syariat Islam, bahwa ibadah yang dilakukan itu adalah semata-mata karena Allah swt serta senantiasa menyerahkan segala jiwa dan raganya terhadap segala perintah Allah swt dan meninggalkan segala larangan-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, “Katakanlah:” Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am:162)

Dan yang terkahir, amalan yang paling penting dalam membesarkan anak-anak yaitu memberi mereka makan dari sumber yang halal. Firman Allah swt, “Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:168)

Harta yang halal yang didapatkan orangtua bukan saja mampu memperolah ridho dan berkat dari Allah swt. Anak-anak yang memakan makanan dari usaha orangtuanya yang halal akan tumbuh menjadi anak-anak yang sehat dan pintar, sehingga mereka akan senantiasa melakukan kebaikan dan dirahmati Allah swt. Sebaliknya, memberi makan pada anak-anak dari hasil usaha yang haram hanya akan membuat anak sakit-sakitan karena tidak barokah. Untuk itu, orangtua harus menjauhi usaha yang bersifat haram dan tercela seperti mencuri, riba, korupsi, menipu, dan sebagainya.

Demikianlah usaha-usaha yang dapt dilakukan oleh para orangtua dalam membesarkan anak-anak yang sholeh dan sholehah. Marilah kita sama-sama memberikan pendidikan yang sempurna untuk anak-anak kita, guna menghasilkan generasi penerus yang cemerlang di masa mendatang. Berikanlah mereka kasih sayang dan tunjukkanlah contoh yang baik agar anak-anak kita menjadi sosok manusia seperti yang kita inginkan.

Keberhasilan anak merupakan keberhasilan orangtuanya juga, karena anak yang soleh/solehah itu merupakan bukti bahwa orangtua telah melaksanakan amanah Allah swt terhadap anaknya dengan baik. Dan di akhirat nanti, amanah ini akan ditanyakan oleh Allah swt. Dan hanya dengan ajaran agama Islam-lah manusia mendapatkan bimbingan dan panduan dalam membentuk sebuah keluarga bahagia yang dirahmati dan diridhoi Allah swt.

Mazz adeeth minta maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan dalam penulisan ini, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Smoga bermanfaat.
Amieeeen,.61x.

وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات


Mazz Adeeth ألفقير إلل


CIREBON, Senin 30 November 2009.

'' CARA MEMPERLAKUKAN ISTRI ''

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم





ألسـلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Rabb semesta alam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, keluarga, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Hai orang-orang beriman, tidak halal bagi kamu mewarisi wanita dengan cara paksa, dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa: 19)

Menikah adalah fitrah manusia. Rasulullah saw. menyebut menikah sebagai sunahnya. Bahkan, Nabi berkata, siapa yang membenci sunahnya, tidak termasuk dalam golongannya.

Setiap kita, pasangan muslim dan muslimah yang melakukan pernikahan, paham betul bahwa tujuan menikah yang utama adalah untuk mendapatkan ridha Allah. Setelah itu untuk mewujudkan keluarga yang sakinah mawahdah wa rahmah dan meneruskan keturunan dengan memperoleh anak-anak yang saleh dan salehah. Kita juga menyadari bahwa lembaga keluarga yang kita bentuk adalah wadah untuk melaku proses perubahan, baik untuk diri kita sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Sepasang suami-istri yang dipersatukan oleh ikatan pernikahan juga sadar bahwa keluarga adalah organisasi kecil yang memiliki aturan dalam pengelolaannya. Karena itu, sepasang suami-istri harus bisa memahami hak dan kewajiban dirinya atas pasangannya dan anggota keluarga lainnya.

Sepasang suami-istri dalam berinteraksi di rumah tangga sepatutnya melandasi hubungan mereka dengan semangat mencari keseimbangan, menegakkan keadilan, menebar kasih sayang, dan mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak.

Kewajiban seorang istri terhadap suaminya adalah pertama, mentaati suami. Namun, dalam mentaati suami juga ada batasannya. Batasan itu adalah seperti yang disabdakan Rasulullah saw., “Tidak ada ketaatan terhadap makhluk untuk bermaksiat kepada Allah, Sang Pencipta.”

Kewajiban seorang istri terhadap suami yang kedua adalah menjaga kehormatan dirinya, suami, dan harta keluarga. Ketiga, mengatur rumah tangga. Keempat, mendidik anak-anak. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita adalah pengasuh dan pendidik di rumah suami, dan bertanggung jawab atas asuhannya.” Keluarga adalah prioritas seorang istri, meski tidak ada larangan baginya untuk melakukan peran sosialnya di masyarakat seperti berdakwah, misalnya.

Dan kewajiban lain seorang istri kepada suaminya adalah berbuat baik kepada keluarga suami.

Sedangkan kewajiban seorang suami kepada istrinya adalah pertama, membayar mahar dengan sempurna. Kedua, memberi nafkah. Rasulullah saw. bersabda, “Takutlah kepada Allah dalam memperlakukan wanita, karena kamu mengambil mereka dengan amanat Allah dan kamu halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah; dan kewajiban kamu adalah memberi nafkah dan pakaian kepada mereka dengan baik.”

Ketiga, suami wajib memberi perlindungan kepada istrinya. Keempat, melindungi istri dari siksa api neraka. Ini perintah Allah swt., “Hai orang-orang yang beriman, selamatkan dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Kewajiban keempat, mempergauli istri dengan baik. Allah berfirman, “Dan pergaulilah mereka dengan cara yang baik.” (An-Nisa: 19)
Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya; dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (Tirmidzi)

Muasyarah bil ma’ruf

Di ayat 19 surat An-Nisa di atas, Allah swt. menggunakan redaksi “muasyarah bil ma’ruf”. Makna kata “muasyarah” adalah bercampur dan bersahabat. Karena mendapat tambahan frase “bil ma’ruf”, maknanya semakin dalam. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menulis makna “muasyarah bil ma’ruf” dengan “perbaikilah ucapan, perbuatan, penampilan sesuai dengan kemampuanmu sebagaimana kamu menginginkan dari mereka (pasanganmu), maka lakukanlah untuk mereka.”

Sedangkan Imam Qurthubi dalam tafsirnya menerangkan makna “muasyarah bil ma’ruf” dengan kalimat, “Pergaulilah istri kalian sebagaimana perintah Allah dengan cara yang baik, yaitu dengan memenuhi hak-haknya berupa mahar dan nafkah, tidak bermuka masam tanpa sebab, baik dalam ucapan (tidak kasar) maupun tidak cenderung dengan istri-istri yang lain.”

Adapun Tafsir Al-Manar menerangkan makna ”muasyarah bil ma’ruf” dengan kalimat, “Wajib atas orang beriman berbuat baik terhadap istri mereka, menggauli dengan cara yang baik, memberi mahar dan tidak menyakiti baik ucapan maupun perbuatan, dan tidak bermuka masam dalam setiap perjumpaan, karena semua itu bertentangan dalam pergaulan yang baik dalam keluarga.”

Di antara bentuk perlakuan yang baik adalah melapangkan nafkah, meminta pendapat dalam urusan rumah tangga, menutup aib istri, menjaga penampilan, dan membantu tugas-tugas istri di rumah.

Salah satu hikmah Allah swt. mewajibkan seorang suami ber-muasyarah bil ma’ruf kepada istrinya adalah agar pasangan suami-istri itu mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Karena itu, para ulama menetapkan hukum melakukan “muasyarah bil ma’ruf” sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangga.

Karena itu, para suami yang mendambakan kebaikan dalam rumah tangganya perlu mendalami tabiat perempuan secara umum dan tabiat istrinya secara khusus. Jika menemukan ada sesuatu yang dibenci dalam diri istri, demi kebaikan keluarga temukan lebih banyak kebaikan-kebaikannya. Suami juga harus tahu apa perannya dalam rumah tangga. Dan, jangan pernah mencelakan istri dengan kekerasan, baik secara fisik maupun mental. Ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.,” Apa hak istri terhadap suaminya?” Rasulullah saw. menjawab, “Memberi makan apa yang kamu makan , memberi pakaian apa yang kamu pakai, tidak menampar mukanya, tidak membencinya serta tidak boleh memboikotnya.”

Bagaimana jika timbul perselisihan? Cekcok antara suami-istri adalah hal yang manusiawi. Jika Rasulullah saw. memberi toleransi waktu tiga hari bagi dua orang muslim saling mendiamkan satu sama lain, alangkah baiknya jika suami-istri saling mendiamkan di pagi hari, di malam harinya sudah bisa saling senyum lagi. Kenapa?

Sebab, pasangan suami-istri muslim dan muslimah paham betul bahwa perselisihan mereka adalah gangguan Iblis. Rasulullah saw. pernah menerangkan kepada para sahabat, “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air, kemudian dia mengirim pasukannya, maka yang paling dekat kepadanya, dialah yang paling besar fitnahnya. Lalu datanglah salah seorang dari mereka seraya berkata: aku telah melakukan ini dan itu, Iblis menjawab, kamu belum melakukan apa-apa. Kemudian datang lagi yang lain melapor, aku mendatangi seorang lelaki dan tidak akan membiarkan dia, hingga aku menceraikan antara dia dan istrinya, lalu Iblis mendekat seraya berkata, “Sangat bagus kerjamu” (Muslim)

Begitulah, Iblis menjadikan menceraikan pasangan suami-istri sebagai prestasi tertinggi tentaranya. Karena itu, Islam mencegah perbuatan yang bisa menyebabkan perselisihan suami-istri. Karena itu, jika cekcok dengan pasangan hidup Anda, segera selesaikan masalahnya. Upayakan selesaikan masalah rumah tangga sendiri. Jangan menghadirkan pihak ketiga. Jika belum selesai juga, hadirkan seseorang yang bisa menjadi hakim yang bisa diterima kedua belah pihak.

Seiring dengan panjangnya perjalanan waktu dan lika-liku kehidupan, kadang ikatan pernikahan mengkendur. Karena itu, perkuat lagi ikatan itu dengan mengingat-ingat kembali tujuan pernikahan. Bangun komunikasi yang positif. Komunikasi adalah kunci keharmonisan. Karena itu, pahami betul cara berkomunikasi pasangan Anda. Dan, hidupkan syuro dalam keluarga. Bahkan untuk urusan kecil sekalipun perlu dibicarakan bersama. Insya Allah, Allah swt. akan memberi kebaikan yang banyak dalam keluarga Anda. Amieeen,..61x.

Mazz adeeth minta maaf apabila terdapat kekurangan/kesalahan dalam penulisan ini, karena dangkalnya pengetahuan dalam mendalami Islam sebagai agama yang dicintai. Semua hanya berpulang kepada niat baik dan didasari hati yang ikhlas, tulus, serta niat ingin berbagi.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Smoga bermanfaat.
Amieeeen,.61x.

وألسـلام عليكم ورحمة الله وبركات


Mazz Adeeth ألفقير إلل


CIREBON, Sabtu 28 November 2009.
--------------------